logo

Dari Semarang, Wamen Ekraf Pacu Ekonomi Kreatif Daerah Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Baru

Jumat, 4 Juli 2025

Semarang, 28 Juni 2025 — Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf), Irene Umar berdiskusi langsung secara terbuka dengan pegiat ekraf Kota Semarang di Tekodeko, kawasan Kota Lama, Sabtu, 28 Juni 2025. Diskusi ini menjadi bagian dari upaya Kementerian Ekraf untuk mendengar aspirasi, menggali potensi unik daerah, dan membangun ekosistem ekonomi kreatif yang tangguh dari bawah ke atas.

“Kota Lama Semarang adalah contoh nyata bagaimana semangat kolaborasi komunitas mampu menghidupkan kembali ruang yang dulu mati. Ini yang kami sebut sebagai sumber daya tak kasatmata: kreativitas, keberanian, dan kekuatan lokal. Dari sinilah seharusnya arah kebijakan nasional dimulai,” ungkap Wamen Ekraf dalam keterangannya.

Lewat dialog terbuka yang langsung menyentuh persoalan di lapangan, Wamen Ekraf menekankan pentingnya menemukan unique selling point (USP) dari setiap daerah. Wamen Ekraf menyebut bahwa setiap daerah tidak boleh memiliki kemampuan ekonomi kreatif yang seragam.

“Jangan sampai tiap kota di Indonesia tampil dengan wajah yang sama, menjual produk yang seragam, dan kehilangan keunikannya masing-masing. Padahal, justru keberagaman budaya dan identitas lokal itulah yang menjadi kekuatan utama ekonomi kreatif kita,” ujar Wamen Ekraf.

Wamen Ekraf juga mengajak para pegiat ekraf untuk lebih memahami potensi lisensi dan pengembangan kekayaan intelektual (IP) yang strategis. Menurut Wamen Ekraf, karya kreatif tidak hanya bernilai dari sisi artistik, tetapi juga memiliki potensi ekonomi jika dikembangkan dengan model bisnis yang tepat.

“IP itu bukan cuma soal karya, tetapi juga soal strategi. Kita perlu memikirkan keberlanjutan, distribusi, dan pangsa pasarnya sejak awal,” tambah Wamen Ekraf.

Selain berdiskusi tentang strategi dan tantangan, Wamen Ekraf juga memperkenalkan Ekraf Hunt, sebuah inisiatif Kementerian Ekraf yang bertujuan mencari talenta kreatif dan IP dari berbagai daerah untuk dikembangkan secara lebih terarah. Fokusnya adalah subsektor dengan potensi pasar besar, terutama dari sisi distribusi dan pemasaran.

Diskusi ini menegaskan komitmen Kementerian Ekraf dalam membangun ekosistem kreatif yang mendorong penciptaan lapangan kerja berkualitas, mengangkat potensi lokal, serta memberdayakan komunitas sebagai aktor utama dalam transformasi ekonomi berbasis inovasi dan budaya. Bukan sekadar pelengkap, ekonomi kreatif telah menjelma sebagai tulang punggung ekonomi masa depan—_the new engine of growth_ bagi Indonesia.

Pertemuan ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan ekraf di Semarang, termasuk perwakilan komunitas seni, akademisi, pelaku bisnis kreatif, hingga kreator muda dari berbagai subsektor. Mereka menyampaikan tantangan nyata yang dihadapi di lapangan, mulai dari akses pembiayaan, literasi IP, hingga perluasan jejaring distribusi.

Sementara itu, kreator The Redmiller Blood, Peter Rhian Gunawan, menekankan bahwa keberlanjutan dan perlindungan IP harus menjadi agenda utama jika Indonesia ingin berbicara di pasar global.

“Ekosistem IP di Indonesia sebenarnya sangat potensial. Tapi yang paling dibutuhkan saat ini adalah keberlanjutan—bukan hanya perhatian sesaat, tapi dukungan yang konsisten agar karya lokal bisa tembus ke pasar global tanpa kehilangan identitasnya,” ujarnya.*(sumber:ekraf.go.id)