logo

Kementerian Ekraf Dukung Pameran Nyala, Hidupkan Sejarah Perang Diponegoro Lewat Seni

Kamis, 24 Juli 2025

Jakarta, 21 Juli 2025 — Kementerian Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf) mendukung pameran Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan di Galeri Nasional Indonesia.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar menilai sejarah penting sebagai sumber inspirasi bagi pengembangan kekayaan intelektual lintas media yang relevan bagi generasi masa kini.

“Pameran ini membuktikan bahwa sejarah bukan hanya bisa dikenang, tapi juga dihidupkan kembali melalui karya-karya kreatif yang relevan dengan zaman. Para seniman dan kurator yang terlibat adalah pelaku ekraf, dan ini menjadi bukti nyata bahwa seni adalah medium yang kuat untuk menghubungkan masa lalu dan masa depan,” kata Wamen Ekraf Irene pada Senin, 21 Juli 2025.

Pameran Nyala: 200 Tahun Perang Diponegoro itu dipersembahkan Kementerian Kebudayaan melalui Museum dan Cagar Budaya dan berlangsung hingga 15 September 2025. Pameran ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia serta memperingati dua abad pecahnya Perang Jawa (1825–1830) peristiwa monumental yang menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme.

Wamen Ekraf Irene menekankan bahwa seni dan sejarah adalah dua fondasi penting dalam pengembangan subsektor ekonomi kreatif. Wamen Ekraf Irene juga melihat potensi besar kisah Perang Diponegoro untuk dikembangkan menjadi kekayaan intelektual (intellectual property/IP) yang bisa menjangkau lintas media dan generasi.

“Melalui sinergi lintas sektor, sejarah seperti Perang Diponegoro bisa menjadi inspirasi lahirnya gim, film, hingga karya visual yang diminati generasi muda. Inilah kekuatan ekraf—bukan hanya melestarikan budaya, tapi mengembangkannya menjadi sesuatu yang hidup dan berdaya saing,” kata Wamen Ekraf Irene.

Sementara itu Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa Perang Diponegoro merupakan salah satu perang terbesar dalam sejarah Indonesia. Dia mengapresiasi para seniman dan kurator yang terlibat dalam pameran ini.

Pameran ini bukan sekadar pengingat sejarah, tapi juga undangan bagi generasi muda untuk terlibat aktif—bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai kreator yang menjadikan jejak masa lalu sebagai inspirasi karya masa kini.

“Kita hadir di sini bukan sekadar mengenang nyala fisik dari Perang Diponegoro, tapi juga nyala budaya—semangat perlawanan, identitas, dan kebangsaan. Lewat karya seni dan artefak sejarah, kita bisa menyampaikan kembali nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda. Pameran ini adalah ruang belajar yang hidup, dan saya mengajak generasi muda untuk hadir, menyelami, dan belajar dari pameran ini,” ucap Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Turut hadir dalam pembukaan pameran antara lain Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Kepala Badan Intelijen Negara Letjen TNI (Purn.) Muhammad Herindra, dan Kepala Perpustakaan Nasional Raminudin Ajiz.*(sumber:ekraf.go.id)