JAKARTA – Menjelang peringatan Hari Kartini pada 21 April mendatang, nama Sisca Soewitomo tak bisa luput dari sorotan. Perempuan yang dijuluki “Ratu Boga Indonesia” ini bukan hanya dikenal sebagai koki legendaris, tetapi juga simbol peran perempuan dalam mendorong subsektor kuliner sebagai bagian penting dari ekonomi kreatif nasional.
Karier Sisca di dunia kuliner dimulai pada akhir 1970-an, sebuah langkah berani yang diambil setelah ia memilih meninggalkan bangku kuliah kedokteran dan beralih ke Akademi Trisakti Jurusan Perhotelan. Keputusannya itu menjadi titik balik, mengantarkannya menjadi pelopor acara memasak di televisi yang melekat dalam ingatan masyarakat Indonesia.
Program Aroma yang tayang di Indosiar sejak 1997 adalah momentum emas Sisca dalam memperkenalkan masakan rumahan dengan cara sederhana. Dengan sapaan khasnya, “Bagaimana, pemirsa? Mudah bukan membuatnya?”, ia membuktikan bahwa memasak bukan hanya milik dapur profesional, tetapi bisa dinikmati dan dikuasai oleh siapa saja.
Program Aroma bertahan hingga lebih dari satu dekade, dan setelahnya, Sisca terus hadir di berbagai layar kaca seperti MasterChef Indonesia, Selamat Pagi Indonesia, hingga Hitam Putih.
Tak hanya di televisi, kiprahnya juga merambah berbagai festival kuliner, baik di dalam maupun luar negeri. Di sana, ia tak hanya mendemonstrasikan resep, tetapi juga mengenalkan kekayaan cita rasa nusantara kepada dunia.
Dedikasinya terhadap dunia kuliner tak berhenti di dapur. Sisca telah menulis lebih dari 150 buku resep yang mencakup berbagai jenis masakan Indonesia, dari kue tradisional hingga hidangan rumahan yang kaya rempah.
Ia juga pernah menjadi dosen di sekolah perhotelan dan tata boga, mendidik generasi baru juru masak Tanah Air. Tokoh-tokoh seperti Rudy Choiruddin dan Deddy Rustandi pernah menjadi muridnya, bukti nyata pengaruh Sisca dalam membentuk lanskap kuliner Indonesia modern.
Tak heran jika kontribusinya menuai berbagai penghargaan. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat Sisca sebagai “Pengarang Buku Resep Masakan Terbanyak”, sementara ia dianugerahi Lifetime Achievement Award pada 2016 dari Ubud Food Festival.
Melalui rekam jejak panjangnya, Sisca Soewitomo bukan hanya ikon kuliner, tetapi juga teladan semangat Kartini masa kini dengan menginspirasi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa.
Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) memandang tokoh seperti Sisca sebagai pilar penting dalam mendorong subsektor kuliner sebagai ujung tombak pertumbuhan ekonomi kreatif nasional.
Meski saat ini ia telah menyatakan ‘gantung panci’ atau pensiun dari dunia profesional pada tahun 2020 melalui sebuah gambar di jejaring media sosial Instagram milikinya, namun, warisan yang telah ia hadirkan memberi banyak dampak pada dunia kuliner Indonesia.
Seiring dengan peringatan Hari Kartini, sosok Sisca Soewitomo adalah pengingat bahwa perempuan Indonesia memiliki ruang dan peran strategis dalam pembangunan bangsa, dari dapur hingga kancah internasional, lewat piring-piring penuh cerita dan rasa.*(sumber:ekraf.go.id)