Bali, 27 Juni 2025 – Profesi housekeeping berperan penting dalam menentukan kualitas pariwisata Indonesia, demikian ditegaskan Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa dalam sambutannya pada International Housekeepers Conference & Exhibition (IHCE) 2025 di Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, dalam sambutannya pada IHCE 2025 di Discovery Kartika Plaza Hotel Ballroom, Bali, Jumat (27/6/2025) menyampaikan housekeeping kerap kali bekerja di balik layar, namun kehadirannya justru menjadi wajah utama dalam memberikan kenyamanan dan pengalaman yang berkesan bagi wisatawan.
“Mereka inilah yang menentukan bagaimana experience yang dirasakan oleh wisatawan ketika tiba di satu hotel. Mereka ini yang menentukan apakah wisatawan itu akan repeat order di hotel itu atau tidak. Jadi, bukan hanya bicara soal menjaga kebersihan, tapi housekeeping ini, menjaga seluruh ekosistem yang ada di hotel,” kata Wamenpar Ni Luh Puspa.
Profesi housekeeping, lanjutnya, punya kontribusi langsung terhadap reputasi dan daya saing destinasi. Karena itu, penguatan SDM pariwisata menjadi salah satu kunci pencapaian target pariwisata tahun 2025, termasuk kontribusi PDB 4,6 persen, devisa sebesar USD 19–22,1 miliar, serta target 1,08 miliar pergerakan wisatawan nusantara dan 14,6–16 juta wisatawan mancanegara.
Dalam mewujudkan target tersebut, penguatan SDM pariwisata yang kompeten dan profesional menjadi kunci utama. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja sektor pariwisata juga ditargetkan meningkat hingga 25,8 juta orang, yang mencakup peningkatan kapasitas, kualitas layanan, dan penguatan budaya kerja di seluruh rantai pasok pariwisata.
“Mudah-mudahan kita semua bisa saling support satu sama lain untuk bisa mencapai target tersebut. Karena ketika target itu tercapai tentu multiplier effect-nya akan dirasakan tidak hanya di industri perhotelan tetapi juga industri atau sektor non-formal lainnya,” ujar Wamenpar.
Kementerian Pariwisata telah mengembangkan pelatihan yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada penguatan soft skills, termasuk pelatihan kecerdasan emosional (emotional intelligence), manajemen stres, dan kepemimpinan.
“Program pelatihan ini diberikan melalui kerja sama dengan industri dan pemerintah daerah. Tentu saja, kami percaya bahwa kecerdasan emosional itu bukan hanya menjadi kebutuhan satu individu, tetapi ini merupakan aset penting bagi industri,” kata Wamenpar Ni Luh Puspa.
Kementerian Pariwisata juga telah menetapkan pengembangan pariwisata berbasis SDM unggul dan berkelanjutan sebagai bagian dari Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPARNAS). Di dalamnya, profesi housekeeping bukan lagi sekadar fungsi pendukung, tetapi menjadi bagian inti dari rantai nilai pariwisata.
Dalam kesempatan itu, apresiasi disampaikan Wamenpar Ni Luh Pupsa atas inisiasi Indonesian Housekeepers Association (IHKA) Bali yang membuka IHCE sebagai ruang strategis untuk bertukar pengetahuan, pengalaman, dan praktik baik di bidang housekeeping. IHCE juga menjadi katalisator penting dalam membangun budaya kerja yang berkelanjutan dan berdaya saing di sektor pariwisata, khususnya perhotelan.
IHCE 2025 kali ini mengundang sejumlah perwakilan industri perhotelan dan asosiasi housekeeping dari berbagai negara yakni Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Selain itu juga anggota akademisi dan mitra strategis lainnya turut bergabung.
Tema IHCE 2025 “Reducing Waste, Reducing Stress: The Power of Emotional Intelligence” selaras dengan salah satu dari lima program prioritas Kementerian Pariwisata yaitu Gerakan Wisata Bersih untuk menghadirkan destinasi yang bersih dan lestari demi menuju pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
“Saya yakin ketika semakin banyak yang berbicara, maka semakin banyak yang punya concern terkait dengan masalah health and hygiene dan masalah waste management. Saya yakin kita semua sudah mengarah ke hal yang baik. Kita sudah mengarah ke penciptaan daya saing destinasi wisata yang luar biasa dan ramah,” ujar Wamenpar Ni Luh Puspa.
Dalam konteks reducing waste, Kementerian Pariwisata juga telah menerapkan dan mendorong Sustainable Tourism Guidelines, salah satunya melalui program Indonesia Sustainable Tourism Certification (ISTC) dan penerapan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
Melalui pedoman ini, pelaku industri perhotelan termasuk housekeepers, diharapkan dapat didorong untuk menerapkan prinsip 3R: reduce, reuse, recycle, serta efisiensi penggunaan air, listrik, dan bahan kimia pembersih.
Hadir mendampingi Wamenpar, Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata, Vinsensius Jemadu; dan Direktur Poltekpar Bali, Ida Bagus Putu Puja.*(sumber:kemenpar.go.id)